Thursday 12 March 2009


For example as "ICT IN INGINEERING". Engineering very important to be used deep create and create something product. Either "ICT" in use engineering is machine "CNC". Most work "CNC" this used by manufacturing engineering.Where machine this used to do something related product with iron. Something the product has in programme for the machine.A ingineer must create something product and only include stated working paper inside programme that has been prepared for the machine. All data stated will reserve deep "CAM". This "CAM" that govern all mobilization machine "CNC" this when something data receipt by it. After include data and receipt by "CAM", this machine will function with his self without need manpower. We will only get product revenue which has been we programme for "CAM". As a result finer from produce work human arm and can also save time.

CAD CAM

For nearly two decades, thousands of worldwide customers have relied on the performance of innovative CAM solutions provided by SolidCAM. The hallmarks of SolidCAM are its ease-of-use combined with its powerful CAM functionality and customized post-processors that generate ready-to-go CNC-code. SolidCAM is widely used in Mechanical Manufacturing, Automotive and Aerospace industries, Electronics, Mold & Die shops and for Rapid Prototyping. Headquartered in Hong Kong, Intelligent CAD/CAM Technology Ltd. (abbreviate as ICT) was founded by three experienced engineering professionals in 1994. ICT was setup focusing on innovative and advanced 3D technologies and had a vision that 3D will be the mainstream in computer-aided design and manufacture (CAD/CAM) markets. ICT has been striving to bring in best-in-class products and service to cater customers’ need for enhanced productivity and has gained recognition with various sales and service awards. ICT also offers spectrum of solutions on computer-aided engineering (CAE), product data management ((PDM), 3D digitizing and 3D printing (3DP).

Development

Technology much talk about currently .technology very important as can help us in all certain cases.We must follow now technological development that we do not reputed outdated.We must follow now technological development that we do not reputed outdated.

application ICT in engineering


INTRODUCTION
Nowadays,we can see that the ICT application is the most important parts of engineering education.In this technological era,engineering education can’t be done without ICT application.Imagine that the engineer used to draw the project manually using their hand.It will take a long time and the measurements in the drawing are not too accurate.This problem can be avoided if the engineer use the ICT application.in this case,he can use Auto Cad for accurate measurements in drawing and the tidy works.One more example,imagine that the engineer should count many numbers by themselves manually.Maybe the engineer will be ‘crazy’ because of that numbers.So,we can conclude that ICT applications and engineering education has their own relationship that we can’t deny.




OBJECTIVES
Every works that we done must have their own objectives.The works will only can be categorized as successful if the objectives had achieved successfully.In this case,ICT application is used in engineering education to make the works become more easier.With ICT application,all informations can be achieved only on the fingertips.The next objective is ICT applications help us to produce the products that have high quality.If we make the product manually,maybe the quality is not better than the product that had been produced using ICT applicatios such as machines and some program.Using ICT applications,we are also can produce extraordinary products that can’t be done by ordinary people.As an ordinary people,our potential to produce something has the limit but using ICT applications,anything that we don’t expect can be done easily. We are also can communicate with others that live far from us or live in other country.With this way,we can share anything with them.Next objective is we can produce many products in shorter period of time that we can’t do by ourselves.

Sunday 22 February 2009

LIMPAHAN DARAH RAKYAT GHAZA MEMBASAHI BUMI


Sajak ini menggambarkan peristiwa serangan ZIONISME selama 3 minggu ke atas GHAZA-PALESTIN yg meranapkan harta benda dan kemanusiaan.Saya mengambil masa 2 hari utk menyiapkan sajak ini dan dideklamasikan di UUM..


LIMPAHAN DARAH RAKYAT GHAZA MEMBASAHI BUMI
(GHAZA SEJARAH BANGSA BELUM BERAKHIR)
Ini tanah tumpah darah kami,
disini .... tempat mencari rezeki,
disini jugalah ..... kami akan mati,
dimana lagi ? hendak hidup kami

Israel, wilayah kami engkau duduki,
TEBING BARAT dan GHAZA tinggal untuk kami.
TEBING BARAT disana .. rakyat sama dengan kami,
disini GHAZA ...., tempat hidup kami.

Tembok keselamatan memagari kami,
Disana bangsaku ... ARAB, ikut telunjuk jari
Dengarkah jeritan hati kami .... ?
Tahukah penderitaan ... dan kesengsaraan kami ..... ?
Kemanakah kami hendak pergi,
Kehidupan hanya tinggal sejengkal jari

Engkau bangsaku ... ARAB, sama dengan kami !
Apakah yang telah lakukan selama ini ?
Benarkah engkau menyelamatkan kami ?,
atau ... sedia engkau kubur kami disini ?

Dari CAMP DAVID sampailah ke DAVOS.
Map PALESTIN dibuka dan dibahas !
Dengan GHAZA tersenarai paling atas
Berapakah lama engkau catat di atas kertas ?

Malangnya ........ masih derita kami ..., kini
konflik Palestin engkau gagal direlai,
dan menambah deretan siksaan keji
Kami di GHAZA tinggallah sendiri

Mereka berkata......
Gembira memasuki Ghaza tanpa dipelawa
Kereta kebal dan kecanggihan senjata udara,
membedil dan membunuh penduduk tak berdosa,
meranapkan rumah, pejabat, hospital, hartabenda,
tanah menjadi rata, padang belantara ,
penuh sosok manusia tak bernyawa ...
serangan tanpa peri-manusia .. menanggung derita

Kawasan ini, panorama nyawa
Mereka bertepuk tangan, merasa bangga.
untuk memastikan segala agenda.
Melenyapkan penghuni tanah GHAZA
tetapi..., jeritan, tangisan, rintihan menyata
menjadi suara sengsara negara
Didengar disana ... banyak negara diseluruh dunia
Bukan sahaja yang se Agama

GHAZA terkorban dengan ratusan nyawa,
dibiar ..... dengan sorakan tawa ber-iya,
tetapi .... kami bangkit menentangnya,
walaupun dalam keadaan tak bermaya
Anak-anak kecil berlari, bertanya ....
Ayna ABUYYA .... ?, ayna UMMAA ?

Dicelah-celah runtuhan rumah, berdiri anak siapa ?
Suara trauma menggapit siapa sahaja
Menangis kerana kini kesorangan tinggallah dia
Ayunan tangan lembut mengesat airmata ....
Itu ! terbujur dan berkecai jasad siapa ..... ?
Tragedi ini .... oleh manusia murka
Kini, menanggung derita selamanya
Tak tahu bagaimana hendak BERDOA

Kanak-kanak, wanita dan orang tua
Kematian mereka bukan kemalangan semata
Lihatlah .... cebisan daging manusia disana ....
melekat kering ditembok sana .....,
curatan darah menghias sama,
tulang manusia terbakar masih merata
Kasut, baju terkoyak oleh api senjata
Didapati dimana-mana dibumi GHAZA

Di atas puing-puing kemusnahan
Inilah sisa meneruskan kehidupan
Setiap hari, hidup dalam tekanan dan ancaman
Kepungan dan desingan kecanggihan persenjataan,
kami katakan: Inilah malapetaka kemanusiaan.....
Inilah ..... satu bukti kekejaman.
Inilah .... dinamakan penyembelihan
Inilah juga tindakan kebinatangan

Luah derita entah kemana
Kanak-kanak GHAZA mengadu kepada siapa ?
Perlindungan, tempat bergantung kami, telah tiada
Bilakah kami hendak bebas dan merdeka ?
sebagai bangsa dalam satu negara,
Ya Allah ..... Engkaulah Yang Maha Perkasa

Kini kanak-kanak mangsa, bicara bahasa ....
Aksara di-eja .... ikut semasa
Apa kata bahasa mereka ?
Inilah yang ada diminda:

Abjad A diguna untuk sebutan APACHE,
> (Helikopter tempur)
Abjad B sebutan bagi perkataan BLOOD,
> (Darah)
Abjad C bermakna COFFIN,
> (Keranda)
Abjad D untuk mengingati DESTRUCTION,
> (Kemusnahan)
Abjad E menyebutnya kepada EXCISION,
> (Penghapusan)
Abjad F, mereka kenali dengan FEAR,
> (Ketakutan)
Atau F untuk FLEE,
> (Melarikan diri)
Atau F bagi perkataan FIRE
> (Api)
Itulah ..... bahasa baru kanak-kanak GHAZA

Hatinya tersemat menebus kamatian Ibubapa
Kecewa ..., dunia bertindak setelah musnah bangsa
Deretan keranda kematian ..., diusung SYUHADA
Inilah kami: anak-anak pejuang negara di GHAZA

Kekejaman ini, tersemat kedalam sanubari
Kami berdiri bukan mencari simpati
Mereka lupa peristiwa ini
Silap bila menyerah kalah .... kami

Bumi GHAZA tidak akan BEBAS dari kekejaman
Walau banyak ditebarkan ranjau kezaliman ....
Jauh jalan menuju kemerdekaan
tetapi, takkan padam api perjuangan

Kami berjuang atas nama NEGARA .....
Dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala
Alhamdulillah, mereka memekik suara GHAZA
Membantu rakyat kami yang sengsara.

Friday 30 January 2009

Dari Kalbu ke Kalbu

...Penantian itu mereningkan bisul duka bersulam wajah kesedihan dalam celoreng jiwa yang pecah gelisah. Bukan sehari kalbu disiksa menunggu. Penantian itu bukan sekadar memamah hari, malah turut melapah tubuk kecilnya yang kering di ranjang dek sebuah harapan yang lompang. Sehari menanti bagai melayah anak busur menikam kalbu. Kalbu mama dan baba seakan papan sasar yang sudah berlubang-lubang ditusuk busur hari. Kalbu Nabila; si gadis kecil itu bak menanti tarikh degup berhenti.

...Jiwa baba dan mama bergetar dalam bungkam yang mencengkam daging dan tulang-temulang. Pohon sabar bagai lalang di pantai tengkujuh sedang akarnya sudah lama terjeruk di dalam laut kasih. Belum pernah kering air mata mama dan baba dek terbayang mulut lahad yang menengadah ke langit hitam. Bila-bila sahaja akan menelan sekujur jasad kering itu.

“Selagi ada hayat,kamilah kalbumu.”

Nabila mengangguk, mengerti cinta baba dan mama yang melampaui simpati. Rasa bersalah melihat air mata baba yang tua dengan musibah.

“Lengan mama akan sentiasa menjadi bantalmu.Hangat tubuh mama akan menjadi selimut lega mu.”

Nabila senyum tawar memujuk kocak ombak di gelas kalbu yang retak. Mama tidak pernah kalah menyiram benih sabar tatkala gerhana itu.

“bertahanlah sayang. Selagi jantung kami berdegup kencang, selaut kasih akan kami empang, segunung ikhtiar akan kami tumpang.”

Tertumpah air mata Nabila mendengar korban cinta tanpa syarat itu. Bagi Nabila bicara mama bukan talkin kematian.Tapi mentera penyambung nyawa. Walau bagaimanapun,jauh di sudut hati tuhan tidak akan mensia-siakan doanya setiap detik selagi belum termaktub saat keizinan-Nya.

“Tuhan tidak tidak pernah mengabaikan permintaan.”

Pujuk Doktor Salina setiap kalimencium resah di mendung wajah mama dan baba. Wanita itu telah berkorban segala-galanya. Cintanya sudah menjadi sebahagian daripada kalbu kami.
“tuhan tidak sekali-kali zalim,saying. Tuhan yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa antara kita yang sebaik-baik amal bakti. Ujian tuhan tanda kasih. Ujian tuhan mengikis segala dosa,mengurnia piala syurgadan mengangkat piala seorang hamba.” Dingin tangannya mengusap lunak bahu Nabila.

“Ah,doktor kordiologi itu sudah lama membedah jantung ku dengan agama, juga jantung mama dan baba. Kalau tidak, masakan jantung mekanikal itu melekat dan bertahan dalam tubuh ini”.

Kalbu Nabila berbisik sambil menggenggam lembut tangan doktor itu. Tangan yang turut membedah segala karut-marut, menyanggah segala pantang larang yang bersawang lama dihatimama dan baba.

“Nabila,doa kita sudah dimakbul tuhan. Ada insane yang member harapan. Berbudi tapi tidak mahu dikenali apatah lagi dipuji-puji”.

...Petang yang mendung itu, mulut doctor itu pecah membawa berita gembira. Mata nabila berkaca-kaca hiba. Setelah 667 hari memacak bendera setia, doctor itu membawa sejambak bahagia mewangi ke telinga. Namun, riak bimbang bergelombang dalam mata. Peta resah tiba-tiba melorek ke wajah baba.

“Apakah derita Abila harus dibiarkan terus dijeruk oleh takdir. Izinkan Abila mencuba, mama. Abila tidak sanggup bergantung harap di uncang nyawa dengan jantung mekanikal ini. Andai sudah di loh tuhan jantung Abila berhenti berdenyut, Abila rela,baba,”

Jerih Nabila membekam sebak memujuk ikhtiar terakhir itu.
Bismillahi Syafi, Bismillahi Khafi,
Bismillahi Ma’fi, Bismillahillazi la yadurru ma;smihi syaiun fil arDhi,
wala fissama’ wahuwal samiu’n Alim.
Dengan zikrullah, tenaglah kalbu. Setenang Nabi Ayubmengharungi liku. Benarlah apa yang berlaku sudah ditentu. Hanya kepada-Mu jua tempat kami mengadu.

>>HIBA
Doa itu bersalut hiba merengsa mata dah hidung dek merelakan sekujuh tubuh bertarung. Dalam bikik bedah itu, malu langsung tersejat dari wajah. Di mata dan dihati mereka menangis. Kristal jernih itu bukan kerana menyalahi Tuhan, jauh sekali menyesali ketentuan Tuhan, tetapi sekadar mentongsong fitrah mengikuti hati yang gundah.

...Tubuhnya dibiarkan kaku dalam kejang yang dingin menanti pembedahan. Nabila sudah tidak peduli diperlakukan bagai bahan uji olah pegawai perubatan berjubah biru itu.getar bilik dan bunyi alat silang menyilangmenyentuh segala hening. Bau pengenyah kuman yang mengepung bilik itu begitu meloyakan.

...Tiba-tiba entah bagaimana datangnya tenaga, entah lena entah terjaga, nabila ditarik oleh sejalur cahaya. Jasad nya menerobos masuk ke dalam bilik pembedahan. Dia melihat sekujur jasad terbujur di pembaringan. Kerut di anjung wajah lelaki itu merakam kedut seribe yang melambangkan jumlah kesakitan yang jitu. Mantera sumpah seranah dilaung-laungkan bagi membius kesakitan. Suara itu benar-benar menyula telinganya. Kekuatan yang bersisa direncong nazak itu tidak mampu memberikan nyawa dek segala keperitan yang terpanggang. Bahkan suara lelaki itu bagaikan tersendat di dadanya tidak sampai ke tenggorok. Mungkin kerana itu suaranya tidak terlantun ke telinga mereka.

“Siapa penderma ini?”.

Suara wanita yang cukup dikenali itu menyentuh gegendang telinganya. Sebahagian wajahnya tidak kelihatan. Malah, seragam hijau itu memisahkan jantina lelaki dan wanita di sekelilingnya.

“Pemuda ini berusia 19 tahun. Darah, berat badan dan ketiggian hamper sama dengan dengan Nabila. Sudah 12 hari koma akibat kemalangan. Pendarahan yang serius di otak”.

Jelas doktok di kepala katil.
“Mari kita mulakan”.

...Arahan doktor salina itu mematikan bicara. Sekonyong-konyong jantung pemuda itu merengsa. Jerit sakit melawan tajam pisau di tangan wanita itu.

"Ya Allah, Apakah ini Mungkar dan Nangkir? Tolong, tidak tolong jangan! Aku tidak mahu mati!”.

... Jeritnya panjang. Menyedari suaranya tidak berupaya menghalang usaha itu, pemuda itu cuba menggerakkan tangan dan kakinya. Namun, tangan dan kaki itu bagailan melekat di gelang katil. Tenaganya sifar. Langsung tidak terangkat.

“Tolonglah, jangan dirodok jantung ini. Siapa yang member izin pembedahan ini? Bukankah ia masih berdenyut?”

lelaki itu cuba menyeru nama ayah penuh ricu. Memanggil nama ayah dengan segala payah. Menyeru namaa Tuhan penuh sesalan. Sesal dek bebal mengikut suara muda, sesal dek amal buta halal haram.

Sebaik pisau tajam itu menyentuh kulitnya,ngilu mengancing gigi Nabila. Dari kulit menghiris daging. Dari daging menampakkan degup jantung. Darah pantas disedut keluar. Jantung lelaki itu mula lumpuh dan motor yang menggerakkan nafasnya. Tersekat-sekat rongga dalamannya bagaikan tertusuk tulang rusuk silang menyilang.

>>SESAK
Sesaat itu,dia merasai jasad keringnya. Nafas Nabila tiba-tiba sahaja sesak. Jantungnya bagai disentuh orang.upaya tubuhnya tidak mampu berbuat apa-apa. Dan keyika itu dia tidak lagi sedar apa-apa. Nabila hanya sedar apabila dingin menyentuh tubuhnya. Dingin bagaikan penjara. Melihat ke luar kelambu hitam tunda-menunda di perabung langit. Sebaik jasadnya dibawa ke bilik bedah, dingin itu serakah memeluk rongga jasadnya yang terdedah. Kesemutan mula menyengat di hujung kaki merebak ke seluruh jasadnya sedikit demi sedikit. Senyar pula merengsa setiap sendi tulang.

“Siapa penderma kali ini?”

Suara wanita itu serak. Matanya merah di balik kaca tebal itu. Indera Nabila menangkap bimbang dan kecewa dibalik suara itu. Cemas tidak dapat disembunyikan oleh gerak bahasa tubuh doktor itu. Namun sebaik menatap wajah gadia Tionghua itu, garis-garis penat yang mengelar wajahnya hilang.

“Gadis ini berusia 19 tahun. Sudah hamper sebulah koma akibat demam denggi. Mengikut catatan ini, baru dua bulan memeluk Islam. Namanya Kalbu”.

Jeda seketika. Penjelasan doktor lelaki itu bagai menghentikan nafas.

“Mari kita mulakan. Harap jantungnya berfungsi dengan baik”.

Doktor Salina kembali menyarung jubah hijau. Pembantunya segera memakai sarung tangan, penutup mulut dan kepala.

“Sayang sekali, walaupun pembedahan pertama Berjaya, tetapi daya tahan dan system imunisasi Nabila menolak jantung baru itu”.

Doctor Azhar memandang wajah Nabila penuh simpati.
“Sehebat mana Sains pun, kita tidak dapat memindahkan gerak nadi dan degup jantungnya. Itu kehendak tuhan. Dia yang menentukan. Tentu ada hikmah mengapa jantung itu menolak”.

Doktor Salina menyejuk rasa. Yang baik hanya untuk insane yang baik-baik juga. Bisik hatinya dalam diam. Entah mimpi atau ilusi,di mata Nabila dia melihat cahaya jernih menakung mata gadis itu. Gadis itu melorek senyum panjang tanpa hiba mahupun cela. Di telinga Nabila dia mendengar kalbunya berbicara.

>>NIKMAT
“Inilah jariah ku untuk mu. Mohon penebus dosaku. Islam ku terlalu mentah. Putik nyawa disambar guruh sebelum nikmat iman ranum dalam jagaan tuhan. Mungkin sudah ditetapkan dalam ketentuan Tuhan. Baik buat ku belum tentu baik disisi tuhan. Andai kalbu ini baik buat siapa jua yang menerimanya, maka kurniakanlah kebaikan dan kemanfaatan. Andai sebaliknya, maka jauhkanlah kami daripadanya,dan pastilah engkau kembalikan segala kurnia kebaikan itu diaman jua ia berada.ya Allah, jadikanlah kami orang yang reda dengan pemberian itu”.

Gadis bernama kalbu itu mengukir senyuman setelah membisikkan sebuah syahadah.
Kalbu meletakkan telunjuknya ke dada dan mengisyaratkan tegak ke kalbu Nabila. Sebaik jantung nabila dipindahkan, inderanya kelihatan berfungsi perlahan-lahan. Peluh bukan sahaja mereneh di dahi luasnya malah lenjun menyerap sut hospitalnya. Nabila melihat aura merah tubuhnya bagai disedut sesuatu. Bermula dari kaki hinggalah hilang perlahan-lahan daripada ubun-ubunnya.

Sehari dua hari itu, kalbunya buat pertama kali dipeluk damai. Ya, sejak pemindahan itu. Syangnya jagat itu tidak menempias jagat luar yang hangat. Resah gelisah merusuh di jiwa baba dan mama. Nafas baba dan mama bagai diserang selsema teruk dek melihat turun naik dada Nabila yang berterusan.menghirup alat ventilator itu. Redup mata mama sayu menatap titis air dari salur tabungan yang berselirat masuk ke dalah kulit. Titis jernih kasih turut mengelar pipi mama.

“Baba rindukan senyuman mu,nak. Senyumlah saying!”

Jerihnya sambil melihat derita ini bak pedang halilintar yang membelah sepasang sayap kasih.
“Abila,bangunlah. Mama dating ni.pandanglah wajah mama! Memandang wajah mama akan mengendurkan sakit Abila nanti”.

Masih tidak ada tindak balas. Hanya kelopak mata Nabila berombak-ombak kecil. Ah,Nabila tahu namanya disebut. Naluri anak pastinya tersentuh dengan panggilan suara kasih. Baba dapat rasa. Dia tahu itu. Mama senyim hiba sambil menyeka kelopak matanya yang berair. Mama dan baba tidak sanggup melihat lena Nabila. Barangkali Nabila sudah lama tidak minpi yang indah-indah.

“Nabila bernasib baik kerana badannya memberikan tidak balas positif terhadap jantung kedua”.

Doktor Salina meredakan kegusaran. Bagai mengalih sebongkah batu di jemala.
“Doktor, adakan penolakan organ masih boleh berlaku?”.

Kerut bimbang di wajah mama dan baba mengukir wajah tua lewat usia.
“Setakat ini Nabila tidak menunjukkan sebarang tanda penolakan terhadp jantung baru itudia perlu bergantung kepada ubat immunosuppressants supaya badannya tidak menolak jantung baru yang dipindahkan kepadanya”.

Mama dan baba cuba menelan faham walaupun pahit yang dirasakan. Nabila perlu mengambil ubat tersebut sepanjang hayat. Jika tidak, kemungkinan Nabila menolak jantung baru itu amat tinggi.walaupun Nabila berasa sudah sihat sepenuhnya, dia masih perlu memakan ubat tersebut.kepuasan jelas terpamer diwajah doktor muda itu. Wad unit rawatan rapi itu dihingarkan oleh jerit mesin penyambung hayat dan perakam rima jantung bertali arus. Monitor elektro-kardiograf hanya mengukir garis hidup tinggi rendah dengan satu bunyiyang pasti akan bertemu penghujungnya. Mama dan baba tahu itu. Syukur berjela-jela basah dalam zikr, memuji kepada Tuhan pencipta.

Diantara sela-sela ratib syukur Nabila bagai terdengar bisik gadis Tionghoa itu. Kalau kau menjadi kalbuku;

Berdeguplah dengan kalbu Mutmainnah.
Jangan kau empangkan darah dengan kalbu amarah.
Biar denyut nadimu membilang zikrullah.
Agar degup jantung ku menggenggam Sakinah,
Wahai kalbu ku, berdenyutlah zikir Tuhan yang mencipta hidup dan mati.

>>Wallahualam….

Wednesday 21 January 2009

I want!!!

I want to sing a higher tune
Like what the singer’s do
I want to act in a big theater
Like what the actor’s do
I want to dance gracefully
And move my body free
Then fly high in the sky
Like what bird’s can do.
I want to write a piece of poem
To express my emotions
I want to draw and figure out
What I am really felt
I want to live,
I want to play
Together with those little kids
And then we will laugh very loud
As if there’s no tomorrow.
I want to run under the rain
To covered my tears
I want to wash away the pain
And forget all my fears
I want to remember happiness
And not a bucks of sorrows
And believe that in reality
There is really tomorrow
I want to open his eyes
But he was blind
I want to whisper some words
But he was deaf
I want to open his mind
But she was unconscious
And when I knocked on his heart
It was frozen
I want to tell you something
But I’m loosing my breath
I want to do all of these things
But I really can’t
I want to feel my existence
But I have no chance
If she just let me see the world
Maybe, I can tell you some more…